DI TANGAN YANG BAIK

Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. (Ibrani 4:15)

Suatu kali saya harus dioperasi karena radang usus buntu. Cukup tenang saya menjalaninya karena sebagian orang yang terlibat saya kenal. Ahli biusnya teman dekat saya. Kepala perawatnya juga. Mereka merekomendasikan dokter yang sama untuk operasi itu. Saya percaya kasus saya berada di tangan yang baik. Benar saja. Operasi berlangsung dengan lancar. Meskipun perut saya kini dihiasi bekas luka sepuluh jahitan, toh kondisi tubuh saya kian membaik dan pulih.

Kepercayaan pada tim dokter memberi ketenangan dalam menjalani operasi; terlebih lagi kepercayaan pada Yesus, Imam Besar Agung kita! Yesus dapat berempati dengan segala kelemahan manusia. Dia turut merasakan kelemahan kita karena Dia juga pernah dicobai sama seperti kita. Hanya bedanya, kita serbagagal mengatasinya; Dia menang telak atas segala pencobaan itu! Dan, Dia menyediakan kemenangan itu bagi kita yang percaya, agar kita memperoleh pertolongan dalam menghadapi kelemahan hidup. Bukankah hal ini–bahwa kita berada di Tangan yang baik–selayaknya membangkitkan ketenteraman yang besar bagi kita dalam menjalani hidup ini?

Lalu, kenapa kita lebih mudah cemas dan kalut? Bisa jadi kita belum betul-betul meresapi peran Yesus sebagai imam besar ini. Kita lebih sering membayangkan, untuk menerima pertolongan Tuhan, kita mesti memenuhi syarat moral yang tinggi–yang sesungguhnya mustahil kita genapi. Tidak pahamkah kita bahwa Yesus sudah menggenapi segala syarat itu bagi kita, dan kita tinggal menerimanya dalam iman? –Arie Saptaji/Renungan Harian

MEMERCAYAI KEBAIKAN DAN KEMENANGAN YESUS, IMAM BESAR AGUNG KITA,
MEMBANGKITKAN KENTENTERAMAN YANG BESAR DALAM MENJALANI HIDUP.

SEPERTI EMAS

Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas. (Ayub 23:10)

Emas termasuk logam mulia, yaitu logam yang tahan terhadap oksidasi dan korosi (karat). Berbeda dengan kayu yang menjadi abu bila dibakar, emas tetap bertahan dalam kobaran api. Hanya wujudnya yang mencair pada suhu sekitar 1000°C.

Ayub menggambarkan pengalaman dan ujian hidupnya sebagai proses pemurnian emas (ay. 10). Ia juga menyadari hidup ini penuh misteri, termasuk fakta bahwa Allah seolah diam saja. Di situ Ayub belajar beriman bahwa Allah itu hidup dan sedang menguji dirinya.

Seolah-olah, Ayub berkata kepada sahabatnya, “Hai Elifas, Bildad, dan Zofar, sekalipun aku tak mampu menemukan hadirat Allah, aku yakin Dia hidup dan mengetahui jalan hidupku. Dia tahu jalan yang kutempuh. Aku percaya kepada-Nya. Setelah ujian ini berlalu, Dia akan membenarkan aku, sebab Dia tahu bagaimana aku hidup di hadapan-Nya. Aku akan timbul seperti emas yang sudah teruji oleh api pencobaan. Aku bersaksi bahwa aku menuruti jalan-Nya, dan firman-Nya aku simpan dalam hatiku” (ay. 8-12).

Kisah penderitaan Ayub ini dimaksudkan untuk mengajarkan kepada kita bahwa selalu ada rencana terbaik di balik setiap ujian hidup yang Tuhan izinkan menimpa kita. Cara Ayub memandang persoalan mengajar kita bahwa Tuhan memegang kendali kehidupan kita. Hidup kita ibarat emas dan begitu berharga di mata Tuhan. Jika Tuhan ‘membakar’ hidup kita, Dia tidak bermaksud menghancurkannya. Sebaliknya, Dia ingin mendapati kualitas iman yang teruji, yang murni, sebuah kehidupan yang tanpa cela di hadapan-Nya. –Samuel Yudi Susanto/Renungan Harian

TUHAN MENGUJI BUKAN UNTUK MENGHANCURKAN HIDUP KITA.

SEBALIKNYA, DIA SEDANG MEMURNIKAN KITA SEPERTI EMAS.

JANGAN MUDAH KECEWA

Berbahagialah orang yang tidak menolak Aku. (Matius 11:6)

Seorang ibu kecewa dengan sikap seorang hamba Tuhan sampai ia tidak mau ke gereja lagi. Berulang kali kami mengunjungi dan menasihatinya agar tidak memandang manusia dan kembali ke gereja, namun ia selalu menolak. Sampai akhir hidupnya, dalam keadaan sakit parah, ia bahkan berpesan kepada anaknya agar upacara pemakamannya tidak dilakukan secara kristiani.

Di dalam penjara, Yohanes Pembaptis menyuruh murid-muridnya bertanya kepada Yesus, apakah benar Dia Mesias yang dinantikan. Yesus meminta mereka memberitahukan kepada Yohanes tentang perbuataan-Nya, dan mengingatkannya agar tidak kecewa dan menolak Dia (ay. 2, 6). Paulus mengalami hal lain lagi. Ia menghadapi banyak situasi buruk: lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut (2 Kor. 11:23). Tetapi Paulus menunjukkan bahwa sebagai pelayan Allah, ia menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan, dan kesukaran. Ia tidak tawar hati dan kecewa, sebab ia yakin bahwa penderitaan ringan yang dialaminya itu mengerjakan baginya kemuliaan kekal yang melebihi segalagalanya. Paulus tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tidak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal (2 Kor. 4:17-18).

Apakah saat ini Anda sedang menghadapi situasi buruk dan seakan-akan Tuhan tinggal diam? Jangan menjadi kecewa dan meninggalkan Tuhan. Percayalah, tersedia kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya di balik situasi buruk Anda. –Lim Ivenina Natasya/Renungan Harian

KITA KECEWA KARENA PANDANGAN KITA TERBENTUR OLEH KEFANAAN.
BELAJARLAH MELIHAT DENGAN KACAMATA KEKEKALAN!

Jangan sekedar menyesal tapi bertobatlah

Janganlah menyimpan penyesalan karena tidak ada gunanya dan hanya akan menyiksa tubuh dan jiwa kita. @Desi Anwar@

Matius 27:3 Pada waktu Yudas, yang menyerahkan Dia, melihat bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia. Lalu ia mengembalikan uang yang tiga puluh perak itu kepada imam-imam kepala dan tua-tua,

Tahukah kita, bahwa penyesalan selalu datangnya terlambat, ketika orang-orang yang mencintai kita, pasangan hidup, anak-anak meminta perhatian, kita begitu sibuk dengan diri dan keberhasilan kita sendiri, hingga akhirnya kita baru menyadari, ketika kita telah kehilangan cinta mereka.

Saat kita memiliki kesempatan untuk merawat orang tua, kita malah menyia-nyiakannya, kita justru lebih banyak mengeluh, perhatian kita tidak 100% kepada mereka, bahkan kata-kata kita sering menyakiti mereka, saat orang tua kita meninggal, kita baru menyadari bahwa kita telah menjadi anak yang tidak berbakti pada orang tua.

Ketika kita diberi amanah bekerja di perusahaan, banyak yang tidak memberikan kontribusi terbaik, bahkan saat kita diberi pekerjaan menantang oleh perusahaan, kita malah menghindar, kita bekerja seadanya, yang penting gajian setiap bulan.

Ketika kesempatan itu datang, kita tidak mengambilnya, akhirnya kita menyadari bahwa kesempatan yang sama jarang datang dua kali. 

Penyesalan membuat hidup terasa kering, bahkan membuat kita kehilangan makna dari hidup itu sendiri, karena begitu banyak hal yang kita sia siakan dalam hidup ini, pandanglah pada Yesus! Seandainya Yudas mau bertobat, dia tidak perlu mati bunuh diri.

Begitu banyak kekeliruan dan kesalahan yang sudah kita lakukan dimasa lalu! Bertobatlah! Yesus sudah mengampuni segala dosa dan salah kita, tinggalkan penyesalan, karena perasaan menyesal bukanlah pertobatan, bersyukurlah kepadaNya, karena Dia sanggup memulihkan seluruh aspek hidup kita.

Jbu all

KOLONIALISME BARU

Sebab itu, hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya. (Roma 6:12)

Pada masa lalu, kolonialisme terkait dengan penguasaan atas negara lain melalui kekuatan militer. Sekarang, kolonialisme muncul dalam bentuk baru yang lebih terselubung. Dengan dukungan kekuatan global, negara yang kuat menguasai dan mengatur Negara lain, misalnya melalui perekonomian atau sistem politiknya. Jadi, negara yang sudah merdeka dari kolonialisme lama masih dapat terjajah oleh kekuatan asing dalam bentuk yang berbeda. Untuk itu, diperlukan sistem dunia yang lebih adil.

Dosa mirip dengan kolonialisme. Di dalam Kristus, “manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa” (ay. 6). Kita dimerdekakan dari kuasa dosa dan diberi kehidupan baru: diperlengkapi untuk tidak lagi hidup sebagai hamba dosa, melainkan mampu mendayagunakan anggota tubuh sebagai “senjata-senjata kebenaran” (ay. 13). Namun, Paulus juga mengingatkan, dosa tidak bakal tinggal diam. Ia akan berusaha untuk berkuasa lagi atas tubuh kita, dan menggoda kita untuk menuruti keinginannya (ay. 12). Dosa ingin terus menjajah kita.

Untuk menghadapi kuasa dosa, kita perlu mengalami pembaruan pikiran. Kita berpegang teguh pada kebenaran bahwa di dalam Kristus Yesus kita sudah mati bagi dosa, dan sekarang dipanggil untuk hidup bagi Allah (ay. 11). Semakin kuat kesadaran kita akan kemerdekaan yang dianugerahkan kepada kita, semakin kuat pula kemampuan kita untuk menolak godaan dosa. –Arie Saptaji/Renungan Harian

KRISTUS YANG MEMERDEKAKAN KITA DARI KUASA DOSA,
DIA PULA YANG MEMAMPUKAN KITA HIDUP BERKEMENANGAN ATASNYA.

TIDAK MENGUNGKIT KESALAHAN

Dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. (Efesus 5:27)

Pernikahan membuat saya banyak belajar tentang kasih Kristus. Salah satunya adalah memandang pasangan dengan kacamata yang positif. Pada awal pernikahan, saya sering kecewa akan kelemahan istri dan selalu ingin mengoreksinya. Padahal, kelebihannya sangat istimewa, melampaui kelemahannya. Saat ini, saya terus belajar melihat sisi positifnya, mengabaikan kelemahannya, tidak mempersoalkan kesalahannya, dan ada kalanya berupaya menutupi kekurangannya. Kekaguman saya terhadapnya juga semakin besar.

Saya semakin menyadari betapa tipisnya kasih saya jika dibandingkan dengan kasih Kristus sebagaimana yang dilukiskan Rasul Paulus. Sungguh sulit menyelami betapa besar, luas, dan dalamnya kasih Kristus kepada kita. Oleh hikmat Allah, Paulus menggambarkan kasih Kristus sebagai kasih suami kepada istrinya. Jemaat, yang diumpamakan sebagai istri, sesungguhnya adalah kumpulan orang percaya yang penuh cacat dan dosa. Kasih Kristus membuat jemaat cemerlang tanpa cela di hadapan-Nya. Kondisi kudus sempurna itu terjadi karena Kristus menyerahkan diri-Nya untuk kita (ay. 25). Kesatuan antara suami dan istri menggambarkan hubungan Kristus yang menyatu dengan kita dalam kasih yang tak terpisahkan oleh apa pun juga (bnd. Roma 8:38-39).

Apakah Anda sangat kritis melihat kesalahan dan kelemahan orang lain? Mungkin Anda cenderung tidak sabar melihat kekurangan orang lain? Saatnya belajar mengasihi. Kiranya kasih Kristus senantiasa menginspirasi, mendorong, dan memberi kita kekuatan untuk mengasihi sesama. –Heman Elia/Renungan Harian

KASIH TIDAK MENGUNGKIT KESALAHAN MASA LALU,
MELAINKAN MENGURBANKAN DIRI UNTUK ORANG YANG KITA KASIHI.

BERTINDAK MESKI BERISIKO

Karena pada waktu Izebel melenyapkan nabi-nabi TUHAN, Obaja mengambil seratus orang nabi, lalu menyembunyikan mereka lima puluh lima puluh sekelompok dalam gua dan mengurus makanan dan minuman mereka. (1 Raja-Raja 18:4)

Keberanian–ah, betapa sulit menemukan keberanian pada masa-masa sukar seperti ini. Mengapa? Keberanian mengandung risiko bagi orang yang melakukannya. Akibatnya, tidak banyak orang yang berani menyatakan kebenaran di tengah ketidakbenaran karena tindakannya itu bisa jadi mendatangkan risiko yang merugikan atau membahayakan, bahkan mungkin membunuhnya.

Obaja, kepala istana Kerajaan Israel Utara, adalah orang yang berani mengambil risiko dalam situasi yang sulit. Dia sungguh-sungguh takut akan Tuhan, tetapi, di sisi lain, ia melayani seorang raja, yaitu Ahab, yang menentang Tuhan. Ratu Izebel, istri Ahab, hendak melenyapkan nabi-nabi Tuhan. Tetapi, secara diam-diam, Obaja menentang rencana tersebut dan ia menyembunyikan seratus nabi Tuhan dalam gua, serta mengurus makanan dan minuman mereka (ay. 3-4). Tindakan Obaja ini sungguh berani, apalagi mengingat bahwa Obaja adalah orang biasa, bukan nabi! Ia berani mengambil risiko: Bila tindakannya ketahuan, ia pasti akan dibunuh oleh Izebel!

Tidak sedikit orang percaya ditempatkan Tuhan dalam posisi yang tidak sejalan dengan imannya. Kita mungkin bekerja di perusahaan yang menghalalkan praktik-praktik kecurangan. Apakah kita berani menjunjung kekudusan di tengah lingkungan yang membiarkan dan melegalkan pelanggaran hukum? Keputusan untuk hidup dalam kebenaran mungkin membawa kita pada situasi yang tidak kita harapkan. Tetapi, hidup dalam ancaman risiko pun tidak akan merintangi Tuhan dalam menyatakan pembelaan-Nya. –Samuel Yudi Susanto/Renungan Harian

DENGAN PENYERTAAN TUHAN, DALAM KEGELAPAN PUN
KITA DAPAT MENYINARKAN TERANG KEBERANIAN.

Kerjakan yang terbaik

Senangilah apapun yang sedang kau kerjakan dan jangan hanya mau mengerjakan apa yang kau senangi. @Aristoteles@

Kolose 3:23  “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”

Kita harus bersyukur bahwa kita bisa bekerja, coba pikirkan saja, berapa banyak orang ingin bekerja tetapi tidak bisa? Berapa banyak orang yang sedang bergelut mencari pekerjaan, berapa banyak orang yang terpaksa menganggur?

Kalau kita mempunyai pekerjaan dan bisa bekerja, bersyukurlah! Jalani pekerjaan kita dengan hati yang gembira, belajarlah untuk menikmati pekerjaan kita, walau betapa sulit atau membosankannya pekerjaan kita, ingatlah bahwa lebih baik bekerja daripada menganggur.

Mari kita rubah cara kita berpikir, dengan  menjadikan pekerjaan sebagai bagian dari pelayanan kita, tanamkan dalam diri kita bahwa bekerja bukan untuk diri kita sendiri, tapi kita bekerja untuk Tuhan, bagi kemuliaan-Nya maka Tuhan akan memberkati apa yang kita lakukan.

Apa yang kita tabur pasti kita tuai, bukan hanya di dunia ini saja tetapi di dunia yang akan datang, hasilkanlah karya terbaik dari pekerjaan dan pelayanan kita hari ini juga.

Galatia 6:7-8 Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. 8 Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.

Selamat pagi, selamat beraktifitas dan berkarya, menaburlah kebaikan maka kita pasti menuai juga kebaikan. Jbu all

Dalam Tuhan masa depan sungguh ada

What God has in your future, supersedes what’s in your past @Joel Osteen@

Apa yang Tuhan telah dan sedang siapkan untuk masa depan anda, mengalahkan apa yang ada pada masa lalu anda @Joel Osteen@

Amsal 23:18 Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.

Kita baru mengerti masa depan setelah melewatinya kadang sukses, kadang gagal, manusia yang takut gagal berusaha untuk mengetahui masa depannya dengan cara yang keliru yaitu mencari paranormal.

Jangan pernah mendukakan hati Allah, sekalipun masa lalu kita sangat buruk, jangan pernah putus asa karena DIAlah pemilik masa depan.

Melalui Yesus sang Juruselamat, Dia mengubah masa depan kita menjadi penuh harapan, pastikan kita percaya dan berharap hanya kepadaNya.

1-Tawarikh 29:12 Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada-Mu dan Engkaulah yang berkuasa atas segala-galanya; dalam tangan-Mulah kekuatan dan kejayaan; dalam tangan-Mulah kuasa membesarkan dan mengokohkan segala-galnya.

Pecayakanlah masa depan kita kepada Tuhan, maka perjalanan hidup kita akan berhasil. Jbu all